Ekonomi Syariah Sejatinya Menciptakan Peluang Bukan Mencari Peluang
- 09.28
- By BMT ABADA (Airlangga Bakti Persada)
- 0 Comments
Suaramuslim.net – Pertumbuhan keuangan syariah yang meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa industri keuangan syariah di Indonesia sedang berkembang.
Di tahun 2019, mengutip dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia Tahun 2019-2024, Indonesia masuk ke dalam negara Top 10 Halal Finance yaitu diperingkat 10, Top 10 Halal Travel di mana Indonesia berada di peringkat 4 serta Top 10 Halal Modest Fashion di mana Indonesia berada di peringkat 2 dunia. Bahkan salah satu provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Barat meraih penghargaan sebagai destinasi halal terbaik pada ajang kompetisi World Halal Tourism Award (WHTA) 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
- Advertisement -
Meskipun ekonomi syariah di Indonesia mengalami perkembangan tetapi pencapaian serta perkembangannya selama ini dinilai kurang memuaskan. Kondisi ini mengingat potensinya yang sangat besar terutama dari segi kependudukan. Rasio antara potensi dan perkembangan ekonomi Islam masih sangat timpang.
Salah satu kendala utama dari lambatnya perkembangan industri keuangan syariah adalah kurangnya kompetensi lulusan ekonomi syariah bahkan banyak lulusan ini yang tidak terserap oleh lapangan kerja.
Riset yang dilakukan Nurul Huda tahun 2016 menjelaskan bahwa penyebabnya adalah perbedaan persepsi antara praktisi industri keuangan syariah dan akademisi pengelola prodi ekonomi syariah terkait sumber daya insani.
Praktisi industri keuangan syariah mempunyai persepsi bahwa kompetensi dapat terlihat dari soft skills yang dimiliki sedangkan akademisi lebih melihat pada pemahaman konsep ekonomi maupun keuangan syariah yang dimiliki. Perlu sinergitas keduanya sehingga dapat terbentuk kurikulum yang tepat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mahasiswa prodi itu sendiri yang notabene the men behind the guns.
Mahasiswa ekonomi syariah adalah kaum intelektual serta ekonom yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dan kelak akan menggerakkan ekonomi/keuangan syariah. Di luar perdebatan terkait kurikulum serta persepsi mengenai kompetensi, mahasiswa ekonomi syariah harus mulai sadar dan berbenah diri.
Aset, keragaman lembaga keuangan, serta eksplorasi keilmuan pada industri keuangan syariah di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan industri keuangan konvensional sehingga mahasiswa ekonomi syariah seharusnya lebih memperhatikan pengembangan diri baik secara hard skills maupun soft skills.
Tanamkan pemikiran bahwasanya ketika mahasiswa memilih prodi tersebut, di sanalah sarana “menciptakan peluang” bukan “mencari peluang.”
Pengembangan diri mahasiswa ekonomi syariah harus lebih dari mahasiswa ekonomi konvensional karena mereka membawa nilai-nilai Islam.
Pengembangan diri sesuai dengan ajaran Islam seperti dalam hadis “barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu.” (HR Turmudzi).
Keutamaan menuntut ilmu untuk manusia secara umum, tidak hanya kalangan muslim. Keutamaan ilmu yang berlaku untuk manusia secara umum seharusnya menjadikan mahasiswa prodi ini yang berstatus muslim lebih meyakini pentingnya ilmu serta dapat mencintai ilmu.
Cakupan ilmu sangatlah luas, ada ilmu yang bisa dipelajari di buku, jurnal maupun diktat perkuliahan dan ada ilmu yang hanya bisa diasah melalui pengalaman seperti misal loyalitas, keikhlasan, jujur, tenggang rasa, cara diplomasi, dan sebagainya.
Sejatinya bangku kuliah merupakan sarana pengembangan diri yang baik. Gelar akademis memang merupakan sesuatu yang penting tetapi idealisme untuk mengikuti nilai-nilai Islam harus lebih diutamakan.
Tujuan kuliah adalah pengembangan diri, bukan sekadar gelar semata. Jadikan mahasiswa ekonomi syariah cinta akan ilmu.
Faishol Luthfi
Financing Manager KSPPS BMT Airlangga Bakti Persada sekaligus Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga.
Financing Manager KSPPS BMT Airlangga Bakti Persada sekaligus Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga.
LINK:
17 Februari 2019, by Edo Segara
Hampir dua tahun saya tidak bisa hadir dalam kegiatan rutin tahunan atau biasa disebut Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebuah Baitul Maal wa Tamwil (Koperasi Syariah), dikarenakan faktor kesibukan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa hadir lagi di acara RAT BMT yang berkantor di Bantul tersebut.
Saya menjadi salah satu anggota tetapnya sejak tahun 2009 kalau tidak salah. Saya juga bersyukur, karena dalam acara tersebut saya mendapat doorprize sebuah kompor gas. Tapi bukan soal doorprize yang ingin saya bahas dalam tulisan ini. Saya ingin mengulas sedikit soal RAT tersebut dan secara global mengenai perkembangan BMT pada saat ini.
Secara umum jika melihat dari laporan dan pembahasan dalam forum RAT tersebut, saya melihat BMT ini masih dalam kondisi yang sangat baik. Dan saya berharap juga begitu seterusnya. Karena banyak juga koperasi-koperasi yang akhirnya tumbang karena miss management dan sengitnya persaingan bisnis keuangan dalam skala mikro ini.
Namun, dalam laporannya, ada hal menarik yang perlu saya cermati. Ada catatan dalam laporan RAT BMT tersebut yang menyebutkan bahwa: "Terjadi penurunan aset dan permodalan yang berimbas pada penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU) BMT, meskipun bagi anggota terjadi peningkatan manfaat (promosi ekonomi anggota naik dari 15.7% menjadi 18.1%). Penurunan aset tersebut dapat dimaklumi karena adanya tekanan dari situasi eksternal yang juga dialami oleh hampir seluruh BMT lainnya," tulis laporan tersebut.
Soal penurunan aset ini ketika saya tanyakan dalam forum RAT tersebut, dijawab oleh salah satu pengelola dikarenakan menutup pelunasan pembiayaan dari bank dan bagi hasil yang disetorkan ke bank mencapai 40% dari pendapatan BMT PAM secara keseluruhan. Untuk hal ini, saya sangat bisa memahaminya. Namun, untuk laporan yang ditulis bahwa ada tekanan dari situasi eksternal yang juga dialami seluruh BMT lainnya, ini yang masih mengganjal di pikiran saya. Ada apakah gerangan situasi eksternal tersebut?
Ketika tulisan ini saya buat, saya juga sempat menanyakan juga ke seorang senior yang sudah malang melintang menjadi pegiat BMT. Karena belum dijawab, saya coba menduga-duga ini terkait persaingan yang semakin ketat di dunia bisnis keuangan. Nah, di tengah era Industri 4.0 ini kiranya menurut saya sangat perlu BMT membuat penyesuaian-penyesuaian jika ingin tetap kompetitif dan kompatibel dengan zaman.
Revolusi Industri 4.0
Pada awalnya, istilah Revolusi Industri 4.0 ini berasal dari sebuah proyek strategis teknologi canggih yang mengutamakan komputerisasi pada sebuah pabrik di Negeri tersebut. Revolusi industri 4.0 ini kemudian dibahas kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman. Pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman.
Professor Bob Gordon dari Northwesten University, Illinois, USA, juga memberikan beberapa tanggapan mengenai Revolusi Industri 4.0 yang dirangkum oleh Prof. Paul Krugman dari Princeton University, New Jersey, USA (penerima Nobel Price on Economic pada 2008).
Saat ini kita memasuki era baru, yaitu Revolusi Indstri 4.0. Revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada revolusi industri ketiga. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi, sehingga kita melihat dan merasakan suatu era baru yang terdiri dari tiga bidang ilmu yang independen, yaitu Fisika, Digital, dan Biologi.
Dengan komposisi yang demikian, maka Revolusi Industri 4.0 mempunyai potensi memberdayakan individu dan masyarakat. Karena revolusi industri fase ini dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan diri pribadi.
Singkat cerita, ada tigal hal yang menjadi ciri Revolusi Industri 4.0 ini: Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan kecepatan ini, terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear.
Kedua, penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengonsetrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada seluruh sistem produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga.
Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua Negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak tempat.
Dengan realitas yang seperti itu, kita dapat membayangkan bahwa dalam bidang bisnis dan produksi, Revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan efisiensi, terutama dalam bidang supply, logistik, dan komunikasi, di mana biaya keduanya akan terus menurun.
Bagaimana BMT Menyikapi Era 4.0?
Apa hubungannya BMT dengan Revolusi Industri 4.0? Apa yang bisa dilakukan dalam menyikapi era 4.0 ini? Hemat saya, ada beberapa masukan saya terkait hal ini. Beberapa sudah saya sampaikan dalam forum RAT BMT yang saya ceritakan di atas.
Terkait menurunkan biaya produksi (operasional dalam istilah industri keuangan), saya mengusulkan agar BMT melakukan penghematan dengan rencana pembukuan dan kegiatan kantor yang paperless. Misal, laporan RAT ini tidak perlu lagi dicetak dan mengeluarkan uang untuk publikasinya. Kita bisa buat saja dalam format PDF dan disebarkan di grup WAG anggota BMT tersebut.
Sebenarnya, kegiatan (red. Paperless) ini sudah banyak dilakukan di bank-bank umum di Indonesia. BMT bisa memulainya. Itung-itung, bisa untuk menaikkan keuntungan BMT kemudian dibagikan dalam bentuk SHU. Ya gak?
Yang lain, BMT bisa juga membuat sebuah aplikasi yang bisa diinstal di handphone yang menyediakan informasi BMT. Laporan keuangan, cek saldo tabungan, beli pulsa, beli produk anggota, dll. Informasi ini semuanya terintegrasi dalam sebuah aplikasi tersebut.
Muncul pertanyaan, wah kan gak mudah dan murah Pak buat aplikasi seperti itu. Katanya menghemat biaya operasional, kok malah jor-joran buang duit untuk bikin aplikasi tersebut? Ya, untuk investasi ke depan apa salahnya. Sekarang saingan lembaga anda bukan sesama BMT lagi, tapi fintech-fintech yang menjamur. Dengan instal aplikasi, anda sudah bisa menabung dan pinjam di aplikasi tersebut. Bahkan tanpa jaminan! Ayo dong, kita mulai.
Ok, selanjutnya cara-cara promosi model lama sudah bukan zamannya. Meski, pendekatan silaturrahim dan tatap muka tetap perlu. Tapi dengan kemudahan teknologi sekarang, anda bisa menggunakan sosial media untuk promosi dll.
Apakah masukan-masukan itu relevan dengan BMT menghadapi industri 4.0? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Apakah sudah menjawab semua persoalan BMT? Jawabannya belum. Jujur tulisan ini hanya ingin memantik agar lembaga keuangan mikro syariah ini tetap eksis ke depannya, jika benar bahwa BMT menghadapi tekanan eksternal yang luar biasa. Allahua'lam.
LINK:
Wujudkan Pengabdian Masyarakat, IKA UA Berencana Dirikan Koperasi BMT Abada
- 23.21
- By BMT ABADA (Airlangga Bakti Persada)
- 0 Comments
Surabaya (beritajatim.com) - Bertujuan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) berencana mendirikan koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Airlangga Bakti Persada (Abada).
“BMT Abada ini memiliki konsep berbeda dengan koperasi pada umumnya, Selain berbasis syariah kami akan menonjolkan sistem kerakyatan, dengan mengedepankan kekuatan internal, kami berusaha mendongkrak perekonomian masyarakat,” kata Ketua Koperasi BMT Abada, Andi Estetiono, Senin (16/10/2017).
Ia mengatakan, agar berjalan sesuai harapan dan memberikan manfaat bagi masyarakat banyak pihak. IKA UA juga merapatkan barisan serta telah menyusun program yang terencana mengenai pendirian koperasi ini.
"Seperti melakukan kajian dengan para pengurus pusat, kami juga menggandeng seluruh alumni yang tersebar di seluruh negara untuk membuat konsep koperasi yang memiliki pendekatan total solusi untuk membantu para pelaku UKM," terang Dosen Manajemen Perbankan Unair ini.
Ia mengungkapkan, dalam proses peminjaman dana di BMT Abada masyarakat tidak akan dikenakan bunga tinggi, namun lebih mengedepankan bagi hasil sistem ekonomi syariah. "Tidak hanya itu, kami juga akan mengadakan workshop skill kapital ataupun pelatihan agar para pelaku UKM yang tergabung di koperasi kami memiliki pengetahuan tentang manajemen keuangan," terangnya.
Selain itu tambahnya, untuk menjamin kepercayaan dalam investasi di dalam anggota IKA UA pihaknya juga telah menyiapkan sistem yang terintegrasi dan neraca perputaran investasi dapat dipantau kapan saja.
"Kami juga telah menyiapkan sistem IT yang bisa di buka oleh pengurus maupun anggota, itu sudah ter supervisi secara lengkap. Untuk menjamin kepercayaan kami selalu menerapkan sistem yang terpercaya sehingga nantinya dapat berjalan secara ilmiah," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat IKA UA, Haryanto Basoeni mengatakan terobosan baru ini selain bertujuan untuk menjalin silaturahmi keanggotaan dan program pemberdayaan masyarakat akan terus berjalan.
"Dana yang dihimpun dari para alumni dan nanti akan diproses secara prosedural, dan nantinya akan ada bagi hasil. Untuk mendukung berjalannya program, kami juga akan menyepakati persentase pembagian hasil dana safety bagi Ika UA sendiri," tutur Basoeni.
Ia menambahkan, saat ini masih terdapat 100 orang anggota dan masih memiliki aset Rp 300 juta. "Kita akan menyebarkan secara getuk tular dan semoga awal tahun mendatang secara resmi bisa bisa dibuka dan di rasakan masyakarat," tandas Basoeni. (ito/ted)
LINK:
http://m.beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/310910/ika_ua_berencana_dirikan_koperasi_bmt_abada.html